11 Oktober 2010

Menyadari Siapa Kita dan Apa yang Kita Miliki di dalam Kristus

Lukas 15:25-32
Oleh Lina M. Jusuf


Allah di dalam Kristus telah memberikan kepada kita kasih anugerah melimpah yang tidak layak kita terima (abundance of grace / unmerited love) sehingga kita dibenarkan oleh iman (the gift of righteousness). Oleh kasihNya, kita telah diangkat / diadopsi menjadi anak-anak Allah. Dan karena kita adalah anak, kita berhak menerima janji-janji Allah [Roma 8:15-17].


Setan tidak bisa merubah status kita sebagai anak Allah. Setan tidak bisa merampok ataupun membatalkan janji-janji Allah bagi kita. Rasul Paulus katakan tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Namun demikian, setan bisa membuat kita tidak menikmati janji-janji Allah dengan cara:


1. membujuk (setan tidak bisa memaksa) kita untuk keluar dari kasih karunia Bapa,

2. membuat kita tidak menyadari siapa kita dan apa yang kita miliki di dalam Kristus.


Dalam Lukas 15:11-32 dikisahkan perumpamaan tentang anak yang hilang. Hal pertama yang disebut di atas dialami oleh anak bungsu yang pergi dari rumah bapa. Sedangkan hal yang kedua dialami oleh anak sulung. Seringkali kita lebih prihatin pada anak-anak Tuhan yang terhilang di luar sana; kita lengah bahwa keadaan anak sulung pun banyak dialami oleh orang Kristen, yaitu mereka yang ada di dalam rumah Tuhan namun terhilang.


Yang menjadi masalah dari anak sulung adalah dia tidak menyadari siapa dirinya dan apa yang dia miliki di rumah bapa. Sampai akhirnya bapa mengingatkan kembali kepadanya di ayat 31, "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu."


Dalam Lukas 15:25-32 kita akan melihat lebih fokus kepada anak sulung tentang apa yang akan terjadi bila kita tidak menyadari siapa kita dan apa yang kita miliki di dalam Tuhan. (Sp5)


Sumber : http://www.gpdisingapura.org/gpdispore-032-santapan-rohani-isi.asp?idnum=20090909

Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP